Senin, 09 Maret 2015

CAN'T DO MORE THAN TIS

I want to start over thing that I let scatter
But not there somewhere place
Why I became strangler in my own
Did you makes the thing up for me?
I don't really understand my fault but it already spread everywhere like mold

hmm... just thinking about far....


Senin, 23 September 2013

Everyone Can See [The Previous Rain]



 Kali ini, sebelum meneruskan FF yang hiatus sekian lama author bikin side storynya. Walaupun agak aneh dan masih ragu, ya udah deh dari pada menjamur di dalam folder.  

THE PREVIOUS RAIN


Hujan deras diluar menambah suramnya rumah Tora. Ia dan kedua adiknya sedang meringkuk di sudut tempat tidur mereka.

“ nii-chan, apa kaasan akan baik-baik saja?.” Tanya Hiroto kepada Tora. Tora pun tersadar dari lamunannya.

“ tentu saja. Kau tenang saja ya.” katanya sambil mengacak rambut hiroto. Tentu saja adiknya itu tak percaya. Dari tadi hanya terdengar suara benda berjatuhan dan teriakan ayahnya. Tora sejujurnya sangat cemas dengan keadaan ibunya saat ini. Ayahnya memang jarang pulang kerumah. Jika pulang pun, ia pasti dalam keadaan mabuk dan langsung membuat masalah.

“ apa maksudmu tidak ada!!. Dimana kau sembunyikan anak sialan itu HAH!!.” Suara teriakan itu tidak tersamarkan oleh hujan deras yang berisik. Kemudian diikuti suara derap. Tora mulai mengidik ngeri. Tidak mau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

 “ Hiro Mana! Cepat sembunyi dikolong tempat tidur!.” Perintahnya ke adik-adiknya yang panik. Mereka pun langsung bergerak kearah tempat tidur dan bersembunyi dibawahnya.

JBLAK!!. Pintu kamar itu pun terbuka dengan nyaring. Tampaklah sosok lelaki paruh baya diambang pintu. Matanya meniti ruangan dengan raut wajah penuh amarah. Ia pun berhenti ketika menemukan Tora disana. Tora menatapnya dengan garang. Rasa takutnya telah hilang sekarang.  Mereka berpandangan. 

“ apa yang kau perhatikan, sialan!.” Ia mendorong Tora sampai terhuyung. Mata merahnya melotot juga urat-uratnya yang menonjol karena amarah. Terlihat sekali kalau ia habis menengak minuman keras.

“ kenapa harus kembali segala?!.” Tanya Tora. “ kenapa tidak kau urusi saja perempuan jalang itu!.” Bentak Tora yang langsung mendapat pukulan dikepalanya.

“ hentikan…. “ kata ibu Tora. “ ini semua salahku… kumohon hentikan.” Mohonnya sambil berlinangan air mata.

“ salah apa hah?! Kau tidak punya salah apapun-!.”

PLAK. Pipi tora langsung memerah.  

“ anak sialan! Tidak berguna!.” Beraninya kau membentak orang tuamu!. Lihat!.” Ia menoleh kearah ibu Tora. “ kau lihatkan, anak sialan yang kau lahirkan itu membentak kita!. Didikan macam apa yang kau terapkan padanya HAH!.” Ia menampar ibu Tora beberapa kali.

Tora ngilu melihatnya. Amarah mulai naik ke ubun-ubunnya. Ia mengepalkan tinjunya untuk menyalurkan emosinya. Tetapi tetap saja keinginan membunuh ayahnya tetap mendominasinya. Tetapi apakah yang harus ia lakukan sekarang.  

Ini lebih baik jika lelaki itu mati. Lelaki yang tak pernah becus mengurus keluarga ini. Lelaki yang membiarkan ibu mengurus semua kebutuhan mereka lalu tiba-tiba pulang hanya untuk membuat onar.

“ ayo kemari! Kuperlihatkan bagaimana kerasnya hidup!.” Teriak ayahnya sambil menarik ibunya menuju pintu. Ia pun membuka pintu dengan tergesa-gesa. Hujan masih turun dengan deras. Ayahnya malah melempar ibunya keluar menuju pekarangan.

“ apa yang sedang kau lakukan HAH?!.” Bentak Tora yang tak dihiraukan ayahnya. Ia mulai jengkel dan berusaha menarik ayahnya jatuh tetapi selalu saja gagal. Ayahnya mulai memukul ibunya lagi disana sambil berkata-kata kotor.

Tora hanya bisa memandangi mereka dari kejauhan. Ia terus mengertakkan giginya dan menunduk.

“ sebenarnya apa yang terjadi!.” Teriak seseorang dari belakangnya. Hiroto berdiri disana dengan menyrengitkan keningnya. “ jawab aku, nii-chan!.” Katanya lagi. “ kau takut kepada Ayah?!. Sejak kapan kau jadi pengecut!.” Hiroto berlari keluar dan menabrak ayahnya. Ayahnya limbung sedikit kemudian mengerling Hiroto dengan amarah.

“ apa yang kau lakukan anak sial!.” Ia mengangkat kerah baju Hiroto dan mencekiknya. Hiroto tak kuasa menahan cekikan ayahnya. Ia meringis kesakitan.

Kali ini Tora sudah tidak tahan lagi. Ia meraih sesuatu didekatnya dan berlari menuju ayahnya. Dipukulnya ayahnya dengan benda itu sampai ayahnya jatuh tersungkur.

Tora masih tak puas. Amarah mengendalikannya. Dipukulnya ayahnya yang tak berdaya itu berkali-kali. “ ARGGHH…!.” Teriaknya frustasi ketika ayahnya mulai bangun dan menyerangnya tapi kembali tersungkur karena Tora lebih dulu memukulnya.

“ TORA HENTIKAN!.” Jerit ibunya yang sudah babak-belur. Ia meraih tangan Tora untuk menghentikan tindakannya dan terlambat. Tubuh itu sudah tidak bergerak. Darahnya mengalirdari kepalanya.

Tak ada yang bersuara. Hujan masih saja turun dengan deras. Tora masih belum sadar apa yang baru saja ia lakukan sampai ia memandang tangannya sendiri yang berlumur darah. Kemudian ia mengering ibunya yang ada di sampingnya. Terlihat shok.

“ i-ibu.. ak-ku..”

“ terlambat Tora… ia sudah tidak ada.” Ujar ibunya. “ lupakan saja. Jangan pernah pikirkan kalau ini pernah terjadi. Sekarang suruh adikmu tidur, besok kalian sekolah kan.”

“ ta-tapi-.”       

“ jangan mengelak Tora, jangan bikin ibu tambah pusing.” Tora pun mematuhinya dan mulai berjalan kedalam rumah. Pikirannya kosong. Sekarang, bagaimanakah seharusnya ia bersikap. Apa ia harus senang sekarang atau sedih.

Beberapa hari kemudian rumah mereka ramai oleh polisi.

Tora tak peduli dengan bisik-bisik para tetangga yang mengerumun di depan rumahnya begitu ia pulang sekolah.
Ibunya telah menyerahkan dirinya ke polisi karena kasus ayahnya.

“ Tora, jaga adikmu ya.”

Hanya secarik kertas itu yang menjadi akhir cerita menyedihkan ini.

Pada akhirnya ia hanya melihat ibunya yang di bawa mobil polisi. Hal itulah yang paling ia sesali karena mungkin itu pertemuan terakhirnya dengan ibunya-jika hukum mengharuskan beliau terkena hukuman mati. 

Kemudian ia harus mengurus kedua adiknya yang masih kecil. 

“ serahkan saja mereka padaku. Kau juga masih sekolah.” Kata nenek Tora yang sedang berkunjung. 

Memandang Tora yang masih mengalihkan pandangan dan menunduk. Ini sudah kesekian kalinya sejak ibunya ditahan neneknya datang dan membujuknya menyerahkan adik-adiknya. 

Seharusnya ia yang di salahkan. Tapi kenapa ibunya malah menyerahkan dirinya?. Apa beliau ingin melindunginya?. Sekarang ia merasakan betapa merepotkan dirinya sampai ayahnya selalu datang meminta uang dan mengajak bunuh diri, juga ibunya yang bekerja sendirian dan mendapatkan pukulan hampir setiap hari.

Itu karena dirinya. Jika ia tidak ada di dunia ini ayahnya pasti menjadi pria baik dan menyayangi ibunya. Atau mungkin tidak akan. Memang seorang anak bisa memilih sendiri orang tua mereka?.

 “ aku tidak bisa. Aku sudah janji pada ibu.” Kata Tora masih menolak memandang balik neneknya.

“ aku tahu, mungkin maksud ibumu bukan begitu.” Kata neneknya lembut lalu menghirup tehnya. “ kalau begitu, nenek cuma bisa memberimu ini.” Nenek lalu memberinya sejumlah yen.“ jika ada apa-apa beritahu nenek ya.”

Ia hanya menangguk lalu mengantar neneknya sampai di depan rumah. Begitu sampai neneknya memasuki taksi dan tak terlihat lagi.

Ia pun menutup pintu. Kini, ia di hadapkan dua pilihan. Berpisah dengan adiknya atau mengambil kerja sambilan yang lumayan banyak. Sebenarnya pilihan pertama tidak ada masalah jika ia pikir-pikir karena ia masih bisa mengunjungi mereka. Tetapi ia sudah terlanjur membuat janji kepada ibunya bahwa ia akan menjaga adiknya.

Ia sudah berjanji, pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan merepotkan orang lain lagi.

Hujan kembali turun dengan derasnya. 

Telah lama sejak Tora bisa mengingat sesuatu, baru kali ini musim hujan se tenang ini. Tidak ada teriakan ibunya, ayahnya yang mengedor pintu seakan mereka begitu tuli untuk mendengarnya dan ia harus mengunci dirinya dan adiknya di kamar mereka. 

Memang hari yang melelahkan dan Tora membencinya. 
Setelah kepergian ibunya banyak gosip tak enak yang menyebar. Tetapi Tora tak pernah mengambil pusing hal itu walau terkadang membuatnya emosi.  ia menyibukkan dirinya dengan menambah jamnya untuk kerja sambilan. Neneknya lebih sering menelponnya saat ini juga mengirim uang. Bertanya tentang keadaan hiroto dan Manabu atau dirinya. 

Kadang itu membuatnya berpikir ke mana arah hidupnya. Ia sibuk mengurus ke dua adiknya sehingga melupakan dirinya sendiri. 

Sekolah pun menjadi hal yang merepotkan baginya. Ia bahkan sempat berpikir untuk keluar dari sekolahnya. Tapi Neneknya yang pasti akan memaksanya kembali bersekolah. Juga dukungan dari Shou. Ia tidak mengerti mengapa anak itu selalu mendekatinya dari pada mencari teman yang lain. Padahal Tora dikenal sebagai sosok misterius dan memiliki kehidupan kelam. 

Shou sendiri murid pindahan dari Tokyo dan berasal dari keluarga terpandang. Jauh berbeda dengan Tora. Tora tidak mengerti mengapa mereka bisa dekat sampai sekarang. Shou seorang yang ceria dan serius. Shou banyak membantunya dalam pelajaran.

Ia belum mengerti mengapa Shou amat senang membantunya dan mau berteman dengannya.

~~~~~~~~~~The Previous rain end~~~~~~~~~~

Jumat, 26 Oktober 2012

Fanfic BaekNyeol [Exo-K]



Title : Perv man Infront of Me! 
Author : Moo Moo 
Fandom : EXO-K, OC(cuma pemeran pembantu ^^) 
Pairing : BAEKYEOL A.K.A bacon and eggyeol 
Rating : R, 
Genre : Drama, Romance
Note -



Baekhyun POV 

Aku benci hujan.

Itulah yang berputar dikepalaku saat tetesan air itu jatuh dari langit.

Membasahi kepalaku.

Turun melewati pipiku.

Lalu membasuh darah dilukaku.

Sementara aku hanya melihatnya jatuh ketanah bersama darahku.

Sakit sekali.

“ bodoh, kecil, bau!.”

“ jangan pernah dekati Jong myunku lagi!.”

“ shhh… jangmi, jangan keras-keras.” Cewek berkucir dua itu langsung menutup mulut mungilnya.

“ sebaiknya kita apakan lagi kutu kecil ini ya?.” Cewek dibelakangku menjambak rambutku semakin keras membuatku merintih.

“ bunuh.”

“ hajar.”

“ pukuli.”

“silet mukannya.”

“ ah, ide yang bagus.” Sang ketua, menyeringai. Mereka berlima pun mengeluarkan silet dan mulai mendekatiku.

“ tidak.” Aku mencoba melepaskan cengkraman mereka. Tapi sulit. Satu lawan lima.

“ ah,” salah satu dari mereka mulai mengores pipiku. Darah mulai mengalir. Sementara yang lainnya tertawa seperti orang gila.

PLAK. Seorang dari mereka menampar pipiku yang satunya.

“ itu akibatnya kalau berani mendekati Jong myunku!.”

“ sudah diam saja!. Biar kami mempermak wajahmu.” Mereka mulai cekikikan. Dan mendekatiku.


“ WOI!!!.” Tiba-tiba terdengar teriakan berat seseorang. Cewek-cewek itu sontak menoleh. Disana terlihat sosok jangkung laki-laki memakai seragam sekolah kami.

“ ma-mau apa kau.” Salah seorang cewek itu bersuara. Ada nada takut disana.

“ cih. Beraninya kroyokan.” Ia berkacak pinggang. Memasang muka meremehkan.

“ apa urusanmu!. Pergi sana!. Urusi saja urusanmu! .”

“ hei. Sebaiknya kau yang pergi.” Ia berkata dingin. Memotong perkataan Eunji. “ atau kau mau menghadap kepala sekolah lagi?.”

“ugh!.” Cewek itu mendengus sebal.

“ baiklah, kau beruntung kali ini nona. Pangeran telah menyelamatkanmu. Kuharap dia tidak melihat kita lain kali.” Cewek yang memeggangi rambutku pun menyentakkannya hingga aku jatuh terduduk

“ ayo pergi!.” Perintah sang ketua. Mereka pun meninggalkan tempat ini. Menyisakanku dan orang itu.
Hening. Hanya terdengar suara hujan yang deras.

“ kau tak apa?.” Tanya . melihatku yang masih terduduk. Menunduk tak menjawab pertanyaannya.

 “ hei!. Kau pingsan ya.” Ia berkata lagi. Kali ini lebih keras. Tapi aku tak bergeming, masih menundukkan wajahku.

Gemas, meraih daguku dan mengadahkannya secara paksa.






  DEG.

Membulatkan matanya ketika ia melihat sosok didepannya.

Cantik.

Ia sedang menangis. Dan ia tidak menyadari hal itu. Matanya berkaca-kaca.  Garis wajahnya yang tegas. Bibir mungilnya yang merah. Amat menggoda.

Tak ingin berhenti memperhatikannya sampai tak sadar bahwa ia mencekik lehernya.

“ hentikan. Ka-kau membuatku sesak.” Baekhyun Berkata sambil terisak.

“ ah, maaf.” Ia tak sengaja menyentakkan wajahnya karena malu, membuat ia merintih. Darah menetes dari wajahnya.

“ erm…” lelaki itu mengosok lehernya. “ perlu ku antar ke UKS?.” Tawarnya sambil mengingat-ingat UKS yang masih buka.

“ tidak perlu.” Jawabnya lirih sembari bangkit dari lututnya. “ a-aku pulang saja.” Ujarnya lagi berjalan mengambil tasnya yang tergeletak sembarang-beruntung tidak dikerjai oleh cewek-cewek itu.

“ hei.” Teriaknya. Reflek membuat Baekhyun menghentikan langkahnya. “ kenapa kau tidak melawan?.” Tanya pemuda itu berkacak pinggang. Menunggu jawaban Baekhyun yang membeku.   

“ chh.” Baekhyun mendesis. “ aku….. tidak sekuat itu.”

Jawaban itu membuatnya terdiam. Betapa bodohnya ia menanyakan hal itu.



NEXT DAY

“  Baekhiee!.” Seorang namja melambai kepada Baekhyun yang agak jauh darinya membuat Baekhyun mengumpat. Namja itu agak berlari mendekatinya. Tapi, Baekhyun malah mempercepat langkahnya. Berharap Eunji atau yang lainnya tidak melihatnya.

GREP.

Namja itu meraih bahu Baekhyun. “ah, akhirnya.” Ujarnya sambil tersenyum. Baekhyun bermuka masam.

“ aku hanya ingin bertanya, kenapa kemarin tidak berangkat…. Eh, ada apa dengan wajahmu.” Tanyanya menunjuki pipi Baekhyun yang diplester sewarna kulit.

“ ah, ini aku terjatuh kemarin.” Jawabnya reflek menaruh tangannya dipipinya dan menundukkan wajah.

“ ahahahaha… biasa saja.” Tiba-tiba terdengar suara berisik segrombolan cewek hendak lewat. Kuping Baekhyun naik seketika. Mengenali pemilik suara itu pasti Eunji dan gengnya.

“ maaf, aku ada urusan.” Katanya langsung melesat menghilang ke belokkan. Berhenti disitu.

“ ah, kak Jong myun.” Ujar Eunji berbinar. Mengubah mimic wajahnya agar terlihat manis. “ nanti pulang bareng yah.” Katanya lagi yang dibuat semanis mungkin.

“ ah, maaf aku tidak bisa.” Tolak Jong Myun halus. Membuat Eunji mengembungkan pipinya.

“ kenapa.” Jangan bilang mau pulang bareng Baekhyun. Batin Eunji kesal.

“ aku sudah janji dengan seseorang.”

“ Baekhyun ya?.”

DEG.

Jantung Baekhyun berdetak lebih cepat. Berharap jawaban tidak keluar dari mulut Jong Myun.

“ya.”

Hening.

Lutut Baekhyun melemas seketika.

“ aku ada urusan. Permisi.” Pamit Jong Myun seraya melangkah pergi.

“aish!. Cewek itu!.” Seorang diantra mereka mengumpat setelah Jong Myun hilang dari pandangan.

“ ah, sudahlah! Ayo pergi.”geng itu mematuhi perintah Eunji dan berjalan searah dengan tempat sembunyi Baekhyun. Baekhyun pun mengeser tubuhnya lebih merapat.

“aish!. Kalau sampai bertemu kuremukkan dia.” Ujar Eunji mengerakkan tangannya serang meremas sesuatu 
ketika melewati tempat sembunyi Baekhyun.

Tamatlah riwayatnya.

“ seeosengnim!.” Baekhyun mengangkat tangannya. “ aku ijin ke kamar mandi.”

“ baiklah.”

Baekhyun pun melesat pergi sambil tersenyum lega. Satu langkahnya berhasil. Sekarang ia bisa sembunyi sampai bel pulang.

Ia melewati toilet lalu berbelok menuju tangga ke atap tepat diatas kelas duabelas.

 “ haaa…” angin siang membelai wajahnya. Matahari bersinar terik membakar kulitnya. Tapi tidak mengapa baginya daripada harus berhadapan dengan Eunji yang sudah seperti monster dimatanya.

“ ah!.” Tiba-tiba ia memekik ketika sebentuk orang tergeletak sembarang di lantai.

“ ma-mayat.” Ia berkata lirih menutup mulutnya sambil membelalakkan matanya. Hampir saja Baekhyun menyentuhnya saat orang itu tiba-tiba menoleh. Matanya baru terbuka setengahnya.

“ berisik tau!.” Umpatnya serak sambil membenahi posisinya yang tidak bisa disebut nyaman. Tpi kemudian menoleh lagi. “ eh, kau kan….”

~~~~~

Baik Baekhyun maupun orang itu tak bersuara. Baekhyun sedang asik memandang pemandangan gedung-gedung disana agak menjaga jarak sedangkan pemuda itu sedang memutar musik dari handphonenya-masih dengan posisinya yang semula. Sesaat kemudian ia menghentikan musiknya dan melirik Baekhyun yang masih terpaku.

“ jadi…. Kenapa kau bolos?.” Tanya pemuda itu tanpa melirik Baekhyun.

Syuuu~~~ angin berhembus mengetarkan rambut mereka.

“ kau sendiri.”

“ yee.” Pemuda itu mencibir.” Ditanya malah balik tanya.” Umpatnya pelan.

“ mau jawab tidak.” Kata Baekhyun agak kesal.

“ oke. Aku malas, puas.” Jawab pemuda itu melirik Baekhyun yang tak bergeming.

“ hei. Kau belum menjawab pertanyaanku.’

“ pentingkah?.”

Pemuda itu bangkit dari tidurnya menatap Baekhyun dengan mata membulat. “ hah, pantas saja Eunji membencimu. Kau ini menyebalkan ya!.” Marah pemuda itu membuang muka. Tetapi perkataan itu berhasil menohok jantung Baekhyun. Ia menundukan kepalanya. Wajahnya memanas.

‘ ah, sudah ku duga.” Pemuda itu mulai lagi. “ pasti karena Eunji kan?.” Ia menunjuki Baekhyun.

“ DIAM KAU BERISIK!.” Bentak Baekhyun hampir menangis. Lalu berjalan pergi dari tempat itu. Pemuda itu hanya terdiam sambil membelalakkan matanya.

~~~~~

Ketika baekhyun baru dua langkah keluar kelasnya yang sudah sepi, seseorang memanggilnya.

“ Baekhie!.” Ujar suara itu. Baekhyun hanya terdiam. Tak sanggup menoleh.

“ akhirnya ketemu juga.” Ucapnya tersenyum. “ tadi kata temanmu kau belum kembali dari kamar mandi. Makanya ak-.”

“pergilah!.” Bentak baekhyun. “ berhentilah mendekatiku!.” Matanya berkaca-kaca. “ KAU HANYA MENYUSAHKANKU!.” Teriaknya penuh amarah membuatnya terisak.

“ Baekhyu-.”

Tiba-tiba gerombolan Eunji muncul. Eunji pun langsung mengandeng tangan baekhyun. “ maaf kak Jong myun, Baekhyun sudah janji denganku.” katanya tersenyum sambil menari Baekhyun pergi dengan seorang temannya. Sedangkan, dua temannya yang lain mengaitkan lengannya ke lengan jong myun.

“ kakak pulang saja denganku.” kata Jangmi sambil menyeret Jong Myun yang meronta.

“ t-tunggu baekhiee..”

~~~~~

PLAK. Satu tamparan mendarat di pipi Baekhyun yang terluka membuatnya jatuh terduduk. Eunji pun menarik kerah baekhyun yang terisak.

“ beraninya kau membentak Jong myun oppa!!!.” Tamparan kedua dilayangkan Eunji lagi ketempat yang sama membuat bibir Baekhyun robek dan berdarah.

Teman Eunji yang lain memegangi tangan baekhyun yang terisak dan menarik rambutnya. Eunji memukul hidung Baekhyun sampai berdarah juga membuatnya memekik kesakitan.

“ itu balasanmu kalau macam-macam.” Eunji hendak menyerangnya lagi ketika seseorang datang.

“ STOP!.’ Teriaknya sambil terengah sehabis lari.

“ Kau lagi.” Ucap Eunji geram. “ kenapa kau selalu hadir sih.” Bentak Eunji menoyor Baekhyun hingga jatuh. 

“ Hei. hentikan itu!.”

“ apa?! Mau apa kau!!.” Teriak eunji lagi. “ apa jangan-jangan kau menyukainya ya?!.” Lanjut Eunji sambil tersenyum mengejek. Membuat pemuda jangkung itu terdiam.

“ iya.. memang aku meyukainya.” Jawaban itu membuat Eunji dan temannya membulatkan matanya. Juga Baekyun yang langsung menoleh.

“ jadi berhentilah menyiksannya!.” Ia mendorong Eunji dan temannya hingga tersungkur lalu membantu Baekhyun berdiri.

Mereka berpandangan. Pemuda itu memandang Baekhyun gugup sementara baekhyun membuang muka.
Ketika itu, orang lain datang sambil berlari.

“ Baekhiee…” ujarnya lirih ketika menemukan pemandangan didepannya. Baekhyun yang berdarah digandeng chanyeol sementara dua orang lain dibelakang mereka jatuh terduduk.

“ Chanyeol. Apa yang kau lakukan?.” Tanyanya dingin memperhatikan mereka. Terlebih pada Baekhyun.

“ aku tidak melakukan apapun.” Sanggah Chanyeol. “ merekalah yang membully Baekhyun karena kau.” Chanyeol menunjuki Eunji yang menunduk.

“ Eunji kau-.”

“ iya. Aku yang melakukannya.” Teriak Eunji. “kau selalu meolak jika ku ajak hanya karena kutu buku itu.”

“ baiklah. Katakana itu pada kepala sekolah saja.” Ujar Chanyeol.

“ ayo. Ku obati lukamu.” Kata jong Myun sambil mengandeng tangan baekhyun.

Tapi sebentuk tangan lain menggandeng tangan baekhyun yang lain.

“ enak saja!. Dia milikku tau.” Kata Chanyeol menarik Baekhyun kesisinya. 

“eh.” Pergelangan tangan Baekhyun terlepas dari genggaman Jong Myun. Chanyeol pun dengan enteng menyeretnya pergi.

~~~~~~

Srrrr….

Chanyeol membasahi sapu tangannya dengan air kran lalu menempelkannya di bibir Baekhyun. Mereka sedang di sisi taman yang tersembunyi. Beruntung disana ada kran air.

Chanyeol mengulangi hal yang serupa kemudian mengusapkan sapu tangannya ke hidung Baekhyun. Tapi 
Baekhyun meraih tangannya menyuruhnya berhenti.

“ gomawo.” Ujarnya lirih sambil menundukan wajahnya. “ terimakasih sudah menolongku.” Lanjutnya masih menunduk. Menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

Chanyeol hanya tersenyum. Tapi senyumnya lebih mirip seringaian yang aneh.

“ iya. Kau cantik.”

“ apa.” Baekhyun agak menarik kepalanya.

“ huh.” Chanyeol mendengus. “ jadi bagaimana?.”

“ bagaimana??.”

“ ya jawabanmu.”

Keduanya terdiam.

“ jadi itu sungguh-sungguh.” Gumam baekhyun.

“ aish, sentu saja.” Suara Chanyeol meninggi.

“ engg…”

“ ah, kelamaan.” Potong Chanyeol. “ mulai sekarang kau pacarku.”

“ hah!. Aku bahkan tidak tahu namamu-”

“ namaku Chanyeol. Park Chanyeol.” Kata Chanyeol menatap Baekhyun. “ dan suatu saat nanti namamu 
akan menjadi Park baekhyun.”

“ hah, apa?!. Jangan ngawur!.”

Cup. Chanyeol mengecup bibir Baekhyun sekilas.

“ oke. Sekarang kita resmi pacaran.”

“ UAPA?!!.” Baekhyun memandangnya sambil membulatkan matanya.

“ sudah jangan protes. Ayo pulang.” Chanyeol pun menarik Baekyun pergi dan tersenyum seperti orang gila. 
Dibelakangnya pun Baekhyun juga tersenyum. “ dasar orang aneh.” Katanya lirih. Tapi Chanyeol dapat mendengarnya.

“ barusan kau bilang apa?.”

“ pentingkah.” Baekhyun menjulurkan lidahnya.

“uuh.” Chanyeol menghentikan langkahnya lalu berbalik.

“ apa ?.” kata Baekhyun melihat Chanyeol yang menatapnya sok manis lalu menaruh telunjuknya dibibirnya sendiri. “ cium.”

“ apa?. tidak mau.” 

THE END