Title : Everyone Can See ( Ruri No Ame/
Rain Drops)
Chapter : 2
Author : Sweet Moyashi AkA Moo Moo
Fandom : Alice Nine, Vistlip, ScReW, dll
pairing : Tora x Saga [Alice Nine]
genre : Drama, angst [?]
rating : 13+
Disclaimer : I only own the main character story.
Note : Sedikit inspirasi dari novel karya Norah McClintock. Cuma dikiiiiit
kok.
Jadi, entah mengapa aku menjadi sedikit canggung saat
ini. Apa karena murid baru yang mengaku bernama Saga itu?.
Baiklah.
Aku memang sempat mencuri pandang kearahnya saat dikelas
tadi. Dan dia balas memandangku dengan tatapan horror. Kuakui, matanya memang
tajam. Tapi, itu menjadikannya tampak sisnis dan misterius. Aku sempat berpikiran,
kenapa ia pindah sekolah. Mungkin ia terikat jaringan Zakuza atau semacamnya.
Tapi, melihat tubuh putih kurusnya, aku masih ragu dengan hal itu.
“ Argh….” Aku meremas rambutku frustasi. Kenapa aku jadi
memikirkannya. Menyebalkan.
Untungnya tak seorangpun disini menontonku melakukan hal
bodoh ini. Tenggelam dalam pikiran sendiri sambil berteriak dan meremas kepala.
Kebiasaan yang aneh. -_- [?]
“ Ehm.” Aku melonjak dari kursi ketika seseorang berdehem
dibelakangku.
Seseorang yang………. Kukenal Putih, kurus, dan pucat.
Butuh sedikit waktu untukku mengingat namanya yang baru
kuketahui tadi pagi.
“ semua orang mencarimu.” Ucapnya dingin. Tanpa rasa
canggung sedikitpun. Memecah suasana.
“ sensei memintaku
mencarimu. Sekarang mereka ada di lapangan basket.” Ujarnya lagi masih dengan
nada yang sama.
“ oh.” Reflek, aku mengaruk leher belakangku. Dan
mengekornya ke lapangan basket.
+++++++++++++++++++++++++++++++
Ternyata,
lapangan basket sudah penuh dengan siswa dari kelasku. Mereka terlihat berpasang-pasangan.
Kecuali, aku dan Saga. Aku melihat Shou melambai kearahku dengan siswa lain
disampingnya. Hilanglah sudah harapanku.
“ baik, jika
kalian sudah menemukan pasangan kalian, silahkan mengambil masker sekali pakai
lalu ikuti langkah selanjutnya.” Teriak Nao sensei, guru olahraga kami.
Kulihat
mereka semua kecuali aku dan Saga berebut masker. Kami berpandangan sekilas.
“ sekarang
bergabung dengan pasanganmu. Dan kita akan berlatih memberikan bantuan
pernapasan.” Kata guru lain selain guru olahraga yang juga ikut bagian dalam
pelajaran ini.
“ Tora, mana
maskermu?.” Tanya Nao sensei yang tiba-tiba telah disampingku.
“
aku…..er……”
“ kami belum
mendapat pasangan pak.” Celetuk Saga meneruskan kalimatku.
“ kalau
begitu kenapa kalian tidak berpasangan saja.” Kata Nao sensei memberi kami
masker lalu maju lagi kedepan. Mulai memberi intruksi kepada kami bagaimana
melakukannya dengan baik dengan salah seorang pelatih yang lain.
“ Ingat.
Lakukan dengan benar. Jangan lewatkan selangkah pun. Ini berguna untuk kalian
nanti.”
Kami berpandangan
lagi. “ er,,, siapa duluan?.” Tanyaku agak canggung. Saga hanya memandangku
dengan pandangan aneh.
“ baik.
Berbaringlah.” Tanpa ku duga ia mau mematuhi perintahku-Setelah aku menang
hompimpah tentunya. Ia membaringkan tubuh kurusnya kelantai. Aku pun
melanjutkan langkah selanjutnya ; menanyainya yang pura-pura pingsan “kau
baik-baik saja?.” Sambil menepuk bahunya. Lalu berkata “ cepat cari ambulans
!.” kepada entah siapa. Inilah yang terburuk. Aku harus memberikan nafas
bantuan kepadanya.
Aku menarik
dagunya sedikit agar mulutnya yang tertutup masker terbuka sedikit. Lalu
melakukan intruksi selanjutnya. *maaf gak bisa author terusin. Nggak baik buat
rattingnya ^^V
Begitu pula
sebaliknya, sepertinya Saga melakukannya lebih baik dariku. Bagus, peluang
untuknya menjadi guru P3K. *diinjek Saga. +_=
++++++++++++++++++++++++++++++
“ bagaimana ???, menyenangkan?.” Tanya Shou
tiba-tiba seraya menyodorkan sekaleng soda padaku.
Reflek,
tanganku menyentuh bibirku yang baru saja kubasuh dengan air. Membuat Shou
terbahak.
“ kalau kau
ingin tahu, ini tidak enak seperti neraka.”
“ hey, ini
kan cuma latihan nafas buatan.” “Hiperbola sekali.”
“ apa??? aku
bicara tentang minuman ini, bukan masalah itu.” Ujarku sambil menyodorkan
kaleng soda yang sudah ku minum sedikit kedepan muka Shou. “ aku benci rasa
strawberry.”
Shou
menyipitkan matanya. “ sialan kau.”
Aku hanya membalas
mengangkat bahuku. Sebenarnya kalau boleh jujur (Shou pasti meledekku jika aku
jujur) walau tertutup masker, aku bisa merasakan bibirnya sedikit. Sepertinya
sangat lembut. =.=”
Eh, 0.0 bicara
apa aku ini!.
++++++++++++++++++++++++
Hujan turun lagi siang ini. Tepat ketika bel tanda
pulang berdering.
CRAAAAAAAAAAASH.
Hujan turun dengan derasnya. Menghujami Bumi dengan jutaan
tetes air, meninggalkan bekas cerukan kecil-kecil ditanah.
Aku membencinya.
Entah mengapa terdengar keras di telingaku. Seakan ingin
memecahkannya dengan menghujaninya dengan tetesannya yang runcing. Menggema di
otak. Terus bergema hingga ke dasarnya, mencari-cari kenangan itu. Lalu
membukanya lebar-lebar, sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas.
“ Tora, kau baik-baik saja?.” Tanya Shou sambil menepuk
bahuku pelan. Memandangku kawatir.
“ tentu saja.” Jawabku cepat-cepat dan merubah mimik
wajahku menjadi lebih cerah.
“ kau tadi agak aneh. Apa ada masalah?.”
“ aku baik-baik saja kok.” Kataku meyakinkannya.
“ baiklah. Aku duluan, jya.” Ujarnya sambil melambaikan
tangan lalu berlari menerobos hujan menuju mobil jemputannya.
Yah, mungkin aku memang tak seberuntung Shou. Pintar,
kaya, dan……
Punya orangtua.
++++++++++++++++++
CPAAK.
Perlahan
kakiku melangkah menerobos hujan. Mengerling sedikit kearah kerumunan siswa
yang menunggu hujan reda atau jemputan. Tapi, aku tak menemukannya disana.
Malah, aku menemukannya di pojok kiri gedung-jauh dari kerumunan. Tampak suram.
Aku
mengalihkan pandanganku. Aku tidak mau dituduh macam-macam olehnya. Aku sudah
terlalu memandangnya-dia juga sering memergokiku ==. Sepertinya aku mendapat
sedikit fakta tentangnya ; dia lebih suka menyendiri-menulis entah apa
dibukunya dari pada berkenalan dengan teman barunya disini atau
sekedar
basa-basi.
Mungkin dia
seorang otaku atau apa..
Siapa peduli.
*TBC*
comment are free ^^