Senin, 05 Desember 2011

Fanfic Alice Nine [Tora x Saga]

Title : Everyone Can See 
Chapter : 1
Author : Sweet Moyashi 
Fandom : Alice Nine, Vistlip, ScReW, dll
pairing : Tora x Saga [Alice Nine]
genre : Drama, angst [?]
rating : 13+
Disclaimer : I only own the main character story   
Note : Gomen kalau aneh ^^V. Saiia masih pemula soalnya. Ini pertama kalinya saiia bikin Tosa yang dipublikasikan XD.  


Hujan.

Butiran-butiran air itu masih turun dari langit. Menghapus semua debu yang ada di udara.

Tora menatapnya dibalik jendela kedai tempatnya bekerja. Sambil mengelap debu, bekas saus dan kotoran aneh lainnya dimeja sebelum pulang. Ia kembali melemparkan pandangannya ke meja yang sedang dilapnya sambil mendengus kesal.

Kenapa hujan tidak segera berhenti?.

Ia benci dengan hujan. Mengingat adiknya juga takut dengan itu, juga karena peristiwa masa lalunya yang meyakitkan.  

“ aku pulang.” Ujarnya sambil mengambil ransel sekolahnya dan melirik atasannya.

“ Tora-san tunggu!.” Teriak seseorang perempuan kecil dan pucat menghampirinya.

“ ada apa?.”

“ ini.” Ia menyerahkan sebuah payung. “ kau suka lupa membawanya kan?.” Katanya sambil tersenyum.

“ ah, iya. Arigatou.” Ujarnya membungkukkan badan lalu pergi melewati pintu.

                                                                              ***
CRASSSSSHHH.

Suara hujan makin terdengar keras setelah melewati pintu. Hawa dingin pun mulai terasa menusuk kulitnya yang hanya tertutup jaket dan kaus hitam. Ia melirik jam tangannya yang menunjuk pukul sebelas malam.
  
Ia harus begegas pulang dan belajar.

Mengingat gurunya berkata akan ada ulangan esok hari. Meski Shou, teman sebangku sekaligus sahabatnya bersedia membantunya mengerjakan soal, ia tak mau hanya mengandalkan Shou.

“ Tadaima.” Katanya pelan sambil membuka pintu rumah. Meningkupkan payungnya lalu segera menutup pintu.

 Setelah membuka sepatunya, ia pun melangkah pelan-pelan ke kamar kedua adiknya. Melongok sedikit di pintu kamar yang sedikit terbuka. Terlihatlah dua orang anak kecil yang tertidur pulas. Hiroto, adik tertuanya yang baru berumur empat belas tahun dan Manabu, yang berumur lima tahun. Posisi mereka sudah tidak beraturan. Kecuali nafas mereka yang naik turun teratur.

Setelah memastikan kedua adiknya sudah tertidur, ia pun segera berbalik ke kamarnya. Kamar yang kontras dengan kamar remaja laki-laki seusianya yang biasanya penuh poster sana-sini, tempat tidur berantakan, dan berbagai macam benda yang tergeletak sembarang dilantai. Tapi kamarnya lebih rapi. Hanya saja ada sedikit baju-baju bersih atau kotor miliknya dan adiknya yang belum sempat ia bereskan.
Setelah menaruh tasnya dan menjadwal apa saja pelajaran hari esok, ia pun menjatuhkan diri ke kasurnya bersama rangkuman pelajaran bahan ulangan esok. Sebenarnya ia sudah sangat lelah. Tapi, jika ia tidur pasti sulit untuk bangun. Jadi ia memutuskan membacanya sambil berbaring.  

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“ohayou.” Kata adiknya, Hiroto yang baru bangun.

“ ah, ya. Ohayou.” Jawabnya sambil mengoreng telur gulung untuk bekal.

“ kemarin petirnya keras sekali.” Ujar Hiroto sambil mendudukkan dirinya ke kursi. “ Mana-chan menangis terus karena takut.” Lanjutnya.

Yah, persis seperti apa yang ia duga.

“ oh, baiklah, Cepat makan. aku akan membangunkan Manabu.” Katanya tanpa dijawab lagi oleh Hiroto yang mulai menyumpit nasi.

Entahlah, semenjak ditinggalkan kedua orang tuanya, ia menjadi agak kikuk kepada adik-adiknya. Mungkin karena ia harus menjadi pengganti orang tua mereka secara mendadak.

Karena dia anak sulung.

Dia-lah yang tertua. Bukankah yang tertua itu harusnya yang memimpin?.

Ah, sudahlah. Terlambat untuk menyesal.

Setidaknya masih ada orang yang membantunya. Dan dialah neneknya, yang mau membantu membayar separuh uang sekolah mereka. Itu sudah sangat membantu baginya.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“ ah, apa yang kau lakukan.” Bentak seorang pemuda yang barusan Tora tabrak. Seketika lebar-lembar kertas yang ia bawa berhamburan. Ia pun segera membungkuk-mengumpulkan kertasnya. Tora pun akan membantunya. tapi ketika ia meraih selembar kertas, buru-buru pemuda itu meraihnya. 
" maaf." Ujar Tora lirih. Menatap pemuda bermuka masam didepannya dengan raut yang aneh. Pemuda itu mempercepat gerakan tangannya lalu pergi tanpa pamit setelah berhasil mengumpulkan kertas-kertasnya. Tora sempat membaca sedikit isinya. Seperti sebuah cerita. yah, mungkin sebuah naskah. Tapi, kenapa ia peduli. ia pun meneruskan jalannya kesekolah. 

                                                                                                       ****** 

 Tora POV's


 " hey, Tora. Rui sensei datang." Kata Shou sambil menguncang keras lenganku yang kugunakan untuk tidur. 
" emhh...." Aku terpaksa membuka mataku yang masih berat. Menguceknya, lalu menatap kedepan. Tepat kearah Rui sensei-walikelas kami dan seorang murid disampingnya. Pandanganku masih buram, sehingga murid itu tak terlihat jelas. Aku mengedip-ngedipkan mataku agar buram dimataku hilang. Dan ketika mataku normal kembali, dan pandanganku jatuh kearahnya, 

Aku mengingatnya. 

Ia pemuda yang membentakku karena menabraknya pagi tadi. 

" namaku Saga. Mohon bantuannya." Katanya sambil membungkuk. Rui sensei pun menyuruhnya menyalami murid sekelas termasuk aku-ia memincingkan matanya ketika memandangku. Lalu menyuruhnya lagi duduk di meja yang masih kosong di pojok sebrangku. cukup jelas melihat wajahku dari sana. 
" baiklah, silahkan meneruskan pelajaran." ujar Rui sensei lalu pergi. 

Kami pun meneruskan menjawab lembaran soal setengah selesai kami.




                                                                                                       TBC

 comment are free. ^^

1 komentar: