Senin, 23 September 2013

Everyone Can See [The Previous Rain]



 Kali ini, sebelum meneruskan FF yang hiatus sekian lama author bikin side storynya. Walaupun agak aneh dan masih ragu, ya udah deh dari pada menjamur di dalam folder.  

THE PREVIOUS RAIN


Hujan deras diluar menambah suramnya rumah Tora. Ia dan kedua adiknya sedang meringkuk di sudut tempat tidur mereka.

“ nii-chan, apa kaasan akan baik-baik saja?.” Tanya Hiroto kepada Tora. Tora pun tersadar dari lamunannya.

“ tentu saja. Kau tenang saja ya.” katanya sambil mengacak rambut hiroto. Tentu saja adiknya itu tak percaya. Dari tadi hanya terdengar suara benda berjatuhan dan teriakan ayahnya. Tora sejujurnya sangat cemas dengan keadaan ibunya saat ini. Ayahnya memang jarang pulang kerumah. Jika pulang pun, ia pasti dalam keadaan mabuk dan langsung membuat masalah.

“ apa maksudmu tidak ada!!. Dimana kau sembunyikan anak sialan itu HAH!!.” Suara teriakan itu tidak tersamarkan oleh hujan deras yang berisik. Kemudian diikuti suara derap. Tora mulai mengidik ngeri. Tidak mau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

 “ Hiro Mana! Cepat sembunyi dikolong tempat tidur!.” Perintahnya ke adik-adiknya yang panik. Mereka pun langsung bergerak kearah tempat tidur dan bersembunyi dibawahnya.

JBLAK!!. Pintu kamar itu pun terbuka dengan nyaring. Tampaklah sosok lelaki paruh baya diambang pintu. Matanya meniti ruangan dengan raut wajah penuh amarah. Ia pun berhenti ketika menemukan Tora disana. Tora menatapnya dengan garang. Rasa takutnya telah hilang sekarang.  Mereka berpandangan. 

“ apa yang kau perhatikan, sialan!.” Ia mendorong Tora sampai terhuyung. Mata merahnya melotot juga urat-uratnya yang menonjol karena amarah. Terlihat sekali kalau ia habis menengak minuman keras.

“ kenapa harus kembali segala?!.” Tanya Tora. “ kenapa tidak kau urusi saja perempuan jalang itu!.” Bentak Tora yang langsung mendapat pukulan dikepalanya.

“ hentikan…. “ kata ibu Tora. “ ini semua salahku… kumohon hentikan.” Mohonnya sambil berlinangan air mata.

“ salah apa hah?! Kau tidak punya salah apapun-!.”

PLAK. Pipi tora langsung memerah.  

“ anak sialan! Tidak berguna!.” Beraninya kau membentak orang tuamu!. Lihat!.” Ia menoleh kearah ibu Tora. “ kau lihatkan, anak sialan yang kau lahirkan itu membentak kita!. Didikan macam apa yang kau terapkan padanya HAH!.” Ia menampar ibu Tora beberapa kali.

Tora ngilu melihatnya. Amarah mulai naik ke ubun-ubunnya. Ia mengepalkan tinjunya untuk menyalurkan emosinya. Tetapi tetap saja keinginan membunuh ayahnya tetap mendominasinya. Tetapi apakah yang harus ia lakukan sekarang.  

Ini lebih baik jika lelaki itu mati. Lelaki yang tak pernah becus mengurus keluarga ini. Lelaki yang membiarkan ibu mengurus semua kebutuhan mereka lalu tiba-tiba pulang hanya untuk membuat onar.

“ ayo kemari! Kuperlihatkan bagaimana kerasnya hidup!.” Teriak ayahnya sambil menarik ibunya menuju pintu. Ia pun membuka pintu dengan tergesa-gesa. Hujan masih turun dengan deras. Ayahnya malah melempar ibunya keluar menuju pekarangan.

“ apa yang sedang kau lakukan HAH?!.” Bentak Tora yang tak dihiraukan ayahnya. Ia mulai jengkel dan berusaha menarik ayahnya jatuh tetapi selalu saja gagal. Ayahnya mulai memukul ibunya lagi disana sambil berkata-kata kotor.

Tora hanya bisa memandangi mereka dari kejauhan. Ia terus mengertakkan giginya dan menunduk.

“ sebenarnya apa yang terjadi!.” Teriak seseorang dari belakangnya. Hiroto berdiri disana dengan menyrengitkan keningnya. “ jawab aku, nii-chan!.” Katanya lagi. “ kau takut kepada Ayah?!. Sejak kapan kau jadi pengecut!.” Hiroto berlari keluar dan menabrak ayahnya. Ayahnya limbung sedikit kemudian mengerling Hiroto dengan amarah.

“ apa yang kau lakukan anak sial!.” Ia mengangkat kerah baju Hiroto dan mencekiknya. Hiroto tak kuasa menahan cekikan ayahnya. Ia meringis kesakitan.

Kali ini Tora sudah tidak tahan lagi. Ia meraih sesuatu didekatnya dan berlari menuju ayahnya. Dipukulnya ayahnya dengan benda itu sampai ayahnya jatuh tersungkur.

Tora masih tak puas. Amarah mengendalikannya. Dipukulnya ayahnya yang tak berdaya itu berkali-kali. “ ARGGHH…!.” Teriaknya frustasi ketika ayahnya mulai bangun dan menyerangnya tapi kembali tersungkur karena Tora lebih dulu memukulnya.

“ TORA HENTIKAN!.” Jerit ibunya yang sudah babak-belur. Ia meraih tangan Tora untuk menghentikan tindakannya dan terlambat. Tubuh itu sudah tidak bergerak. Darahnya mengalirdari kepalanya.

Tak ada yang bersuara. Hujan masih saja turun dengan deras. Tora masih belum sadar apa yang baru saja ia lakukan sampai ia memandang tangannya sendiri yang berlumur darah. Kemudian ia mengering ibunya yang ada di sampingnya. Terlihat shok.

“ i-ibu.. ak-ku..”

“ terlambat Tora… ia sudah tidak ada.” Ujar ibunya. “ lupakan saja. Jangan pernah pikirkan kalau ini pernah terjadi. Sekarang suruh adikmu tidur, besok kalian sekolah kan.”

“ ta-tapi-.”       

“ jangan mengelak Tora, jangan bikin ibu tambah pusing.” Tora pun mematuhinya dan mulai berjalan kedalam rumah. Pikirannya kosong. Sekarang, bagaimanakah seharusnya ia bersikap. Apa ia harus senang sekarang atau sedih.

Beberapa hari kemudian rumah mereka ramai oleh polisi.

Tora tak peduli dengan bisik-bisik para tetangga yang mengerumun di depan rumahnya begitu ia pulang sekolah.
Ibunya telah menyerahkan dirinya ke polisi karena kasus ayahnya.

“ Tora, jaga adikmu ya.”

Hanya secarik kertas itu yang menjadi akhir cerita menyedihkan ini.

Pada akhirnya ia hanya melihat ibunya yang di bawa mobil polisi. Hal itulah yang paling ia sesali karena mungkin itu pertemuan terakhirnya dengan ibunya-jika hukum mengharuskan beliau terkena hukuman mati. 

Kemudian ia harus mengurus kedua adiknya yang masih kecil. 

“ serahkan saja mereka padaku. Kau juga masih sekolah.” Kata nenek Tora yang sedang berkunjung. 

Memandang Tora yang masih mengalihkan pandangan dan menunduk. Ini sudah kesekian kalinya sejak ibunya ditahan neneknya datang dan membujuknya menyerahkan adik-adiknya. 

Seharusnya ia yang di salahkan. Tapi kenapa ibunya malah menyerahkan dirinya?. Apa beliau ingin melindunginya?. Sekarang ia merasakan betapa merepotkan dirinya sampai ayahnya selalu datang meminta uang dan mengajak bunuh diri, juga ibunya yang bekerja sendirian dan mendapatkan pukulan hampir setiap hari.

Itu karena dirinya. Jika ia tidak ada di dunia ini ayahnya pasti menjadi pria baik dan menyayangi ibunya. Atau mungkin tidak akan. Memang seorang anak bisa memilih sendiri orang tua mereka?.

 “ aku tidak bisa. Aku sudah janji pada ibu.” Kata Tora masih menolak memandang balik neneknya.

“ aku tahu, mungkin maksud ibumu bukan begitu.” Kata neneknya lembut lalu menghirup tehnya. “ kalau begitu, nenek cuma bisa memberimu ini.” Nenek lalu memberinya sejumlah yen.“ jika ada apa-apa beritahu nenek ya.”

Ia hanya menangguk lalu mengantar neneknya sampai di depan rumah. Begitu sampai neneknya memasuki taksi dan tak terlihat lagi.

Ia pun menutup pintu. Kini, ia di hadapkan dua pilihan. Berpisah dengan adiknya atau mengambil kerja sambilan yang lumayan banyak. Sebenarnya pilihan pertama tidak ada masalah jika ia pikir-pikir karena ia masih bisa mengunjungi mereka. Tetapi ia sudah terlanjur membuat janji kepada ibunya bahwa ia akan menjaga adiknya.

Ia sudah berjanji, pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan merepotkan orang lain lagi.

Hujan kembali turun dengan derasnya. 

Telah lama sejak Tora bisa mengingat sesuatu, baru kali ini musim hujan se tenang ini. Tidak ada teriakan ibunya, ayahnya yang mengedor pintu seakan mereka begitu tuli untuk mendengarnya dan ia harus mengunci dirinya dan adiknya di kamar mereka. 

Memang hari yang melelahkan dan Tora membencinya. 
Setelah kepergian ibunya banyak gosip tak enak yang menyebar. Tetapi Tora tak pernah mengambil pusing hal itu walau terkadang membuatnya emosi.  ia menyibukkan dirinya dengan menambah jamnya untuk kerja sambilan. Neneknya lebih sering menelponnya saat ini juga mengirim uang. Bertanya tentang keadaan hiroto dan Manabu atau dirinya. 

Kadang itu membuatnya berpikir ke mana arah hidupnya. Ia sibuk mengurus ke dua adiknya sehingga melupakan dirinya sendiri. 

Sekolah pun menjadi hal yang merepotkan baginya. Ia bahkan sempat berpikir untuk keluar dari sekolahnya. Tapi Neneknya yang pasti akan memaksanya kembali bersekolah. Juga dukungan dari Shou. Ia tidak mengerti mengapa anak itu selalu mendekatinya dari pada mencari teman yang lain. Padahal Tora dikenal sebagai sosok misterius dan memiliki kehidupan kelam. 

Shou sendiri murid pindahan dari Tokyo dan berasal dari keluarga terpandang. Jauh berbeda dengan Tora. Tora tidak mengerti mengapa mereka bisa dekat sampai sekarang. Shou seorang yang ceria dan serius. Shou banyak membantunya dalam pelajaran.

Ia belum mengerti mengapa Shou amat senang membantunya dan mau berteman dengannya.

~~~~~~~~~~The Previous rain end~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar